Kuching, kali ini perjumpaan pertama. Bukan sebuah
kebetulan, saya sangat suka kucing. Namun, apakah Kuching ini memang benar
memiliki arti yang sama. Saya cukup penasaran. Apalagi ini kali pertama
mengunjungi sebuah negara bagian Malaysia yang berbatasan langsung dengan
Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Jika ditempuh dengan jalur darat, maka
Kuching ini menghabiskan sepanjang siang dan akan sampai pada malam hari. Namun
dengan Air Asia, segalanya menjadi mudah dan tak sampai satu jam kami sudah
sampai di Kuching International Airport dari Supadio International Airport.
Setelah dari Sabah, perjalanan kami berlanjut ke Sarawak.
Kedua Negara Bagian ini merupakan wilayah Malaysia yang berada di Borneo atau
Pulau Kalimantan. Kalau di Sabah ada Kota Kinabalu, di Sarawak inilah Kota
Kuching berada.
Siniawan Old Town Night Market
Pecinta Kuliner, datanglah ke Siniawan Night Market. Pasar
malam ini dapat ditempuh sekitar 45 menit sampai satu jam dari pusat Kota
Kuching. Siniawan sering disebut sebagai Pecinanan Kuching, namun sebetulnya
Siniawan merupakan bagian dari kota Bau. Ratusan tahun lalu, Siniawan sudah
terbentuk dari harmoni suku Bidayuh, China dan Melayu. Oranamen oriental sangat
kental dengan hiasan lampion dan rumah-rumah tradisional yang masih mengunakan
kayu. Pasar ini dibuka pada saat weekend yaitu Jumat, Sabtu dan Minggu. Kuliner
yang disajikan mulai dari lokal sampai mancanegara seperti Jepang, India dan
lainnya.
Bako National Park
Bako merupakan sebutan untuk Bakau di Indonesia. Sarawak
memiliki taman nasional bakau yang sangat terawat dengan sebutan Bako National
Park. Untuk menempuh, Bako National Park diperlukan waktu kurang lebih 1 jam
jalur darat dan 30 menit jalur laut. Iya, kami harus menempuh dua jalur
transportasi sekaligus. Apa yang unik dari Bako National Park? Ragam Flora dan
Fauna sangat banyak. Disamping itu, udara segar dan alam yang indah pun sudah
sangat cukup untuk menghibur kegalauan jika ditinggal pacar atau putus cinta.
Orang Belanda dan Babi Berjenggot merupakan dua hewan yang
cukup menyita perhatian seluruh orang. Orang Belanda bukanlah sebutan untuk
orang yang berasal dari Belanda melainkan sejenis primata yang hidup di hutan
seperti monyet dan sejenisnya. Sedangkan babi berjenggot merupakan babi hutan
namun memiliki bulu-bulu lebat pada bagian bawah mulut.
Kuching WaterFront
Setiap sore, Kuching Waterfront ramai orang-orang yang
bercengkrama dengan teman maupun keluarga. Warung tenda berjejer sepanjang
pinggiran sungai dan live music menambah kemeriahan sepanjang malam. Malam minggu
pun menjadi puncak karena sampai dini hari, keramaian masih terasa. Waterfront
sebetulnya merupakan kawasan terbuka dan taman umum yang dapat dinikmati siapa
saja. Bagi pecinta nongkrong, maka tempat inilah yang saya rekomendasikan
selama di Kuching. Mau makan dan minum? Harga makanan dan minuman pun cukup
terjangkau sekitar 3-10 Ringgit, jadi tidak semahal yang dibayangkan.
Kampung Melayu Boyan
Jakarta memiliki daerah Kampung Melayu, begitu pula dengan Kuching. Kampung Boyan, begitulah Kampung Melayu ini disebut dalam peta. Kampung Melayu ini berada tak jauh dari Kuching Waterfront. Cukup menyebrang dengan mengunakan kapal kecil dan membayar 1 Ringgit. Seperti halnya Waterfront yang banyak kuliner khas, Kampung Boyan pun tak kalah unik bahkan kuliner yang disajikan lebih menarik berupa jajanan dan oleh-oleh seperti ikan, kue dan jajanan yang nikmat jika dimakan ditempat.
Kota Sejuta Klenteng
Sepanjang perjalanan dari Kuching International Airport, saya melihat betapa banyaknya Klenteng. Pantas saja sebutan Kota Sejuta Klenteng melekat erat di Kuching. Setidaknya lebih dari satu klenteng yang terlihat di sekitar jalan Wayang yaitu Klenteng Hong San Si dan Klenteng China Jalan Wayang.
Makan Malam Di Top Spot
Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Kuching tidak ke Top Spot. Top Spot bukanlah sebutan bagi sebuah tempat yang kece, tapi lebih dari itu karena menyajikan banyak sekali makanan yang nikmat dan sangat lezat. Setidaknya puluhan restoran berjajar memanjang dengan kursi dan meja yang sangat banyak. Sebetulnya mirip dengan food court jika di Indonesia, namun Top Spot berbeda karena sangat luas dan sangat banyak pengunjungnya. Pada saat kesana, banyak sekali pengunjung, padahal bukan weekend, apalagi pada saat weekend ya. Coba bayangkan betapa membludaknya pemburu kuliner di Kuching ini.
Begitulah One Day Trip Itinerary yang bisa dishare pada postingan kali ini. Sebetulnya masih banyak tempat-tempat lain yang bisa di kunjungi di Kuching, namun setidaknya bisa menjadi referensi yang menarik untuk dikunjungi selama di Kuching.
2 Comentarios
Kayakbya asik tuh yg waterfront.
BalasHapusBakal keren juga kalau malam
Waterfront kuching bagus ya pas malam. Keren buat di foto2 ��
BalasHapus